Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu
politeknik kesehatan, banyak kesibukan sebagai mahasiswa tingkat akhir membuat
ku lelah dan sedikit pusing, apalagi dengan banyak nya ujian ujian yang
panjangnya kayak kereta, bergerbong gerbong, dari mulai UAS tulis, UAS praktek,
ujian proposal, ujan kompetensi tulis dan praktek,belum lagi laporan laporan
praktek dan revisi setelah proposal semua berbaris rapi mengiasi hari hariku.
Seperti saat aku melihat kereta. Aku melihat dari gerbong satu sampai ke
gerbong terakhir bergantian hingga aku pusing. Namun aku tahu kereta terebut
berjalan dengan cepat sama halnya dengan ujian yang aku jalani, satu per satu
akan terlewati dengan cepat walau dengan proses panjang yang membuat kami pusing
atau bahkan sampai strees, yang terpenting kita bersabar,berdoa dan tentunya harus
berusaha. Saat saat seperti ini selalu membuat ku lapar, sore ini aku berniat
ingin membeli camilan, entah apapun yang penting aku ingin makan camilan.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencari camilan, eh bukan nyari sih tapi beli
laah… aku membuka tas ransel ku, mencari dompet dan mengambil STNK beserta SIM
ku. Aku memandangi mereka sejenak, hmm aku teringat beberapa hari yang lalu
saat aku melakukan perjalanan dari rumahku di nganjuk ke kampusku yang berada
di magetan, kira kira jaraknya sekitar 75km. dengan perlengkapan yang cukup
lengkap, memakai masker, sarung tangan dan perlengkapan mengemudi lainya, aku
siap membawa motorku menari lincah di jalanan, untuk mengurangi rasa bosan,
saat mengemudi terkadang aku juga menyanyi entah lagu islami ataupun lagu pop,
aku bernyanyi dengan keras entah mereka mendengarku atau tidak aku tidak
peduli, yaa anggap aja musik berjalan.
Saat aku melewati kecamatan saradan, aku
melihat beberapa polisi menghentikanku, dan aku lihat juga beberapa pengendara
sepeda motor selain plat AE juga berhenti. Hatiku rasanya dag dig dug nih, bawa
SIM dan STNK nggak nih fikir ku dalam hati. Aku pun menghentikan motor ku dan
meminggirkannya saat seorang bapak polisi menghadang ku “selamat siang mbak,
bisa tunjukkan SIM dan STNK?” kata pak polisi yang aku tafsir usianya sekitar
50 an. Dengan gugup aku menjawab “iya pak, se…sebentar pak” kebiasaan deh
penyakit gugupku kumat.aku menggeledah isi tas ku berharap menemukan 2 dompet
kecil yang berisi SIM dan STNK tersebut. Tapi kok kebetulan ya aku cari nggak
ada, waduh jangan jangan aku nggak bawa “hehe sebentar pak ya” kataku sambil
mringis, “iya cari dulu jangan buru buru” pak polisi tersebut membantu teman
polisinya menghadang pengemudi lainya aku mendengar teman pak polisi itu
bertanyaa “kenapa dia pak?” lalu pak polisi itu menjawab “deg deg an, lupa
naruh pak” aku mencari cari lagi, yess hore ketemu satu dompet berisi STNK, pak
polisi menghampiri aku lagi. “sebentar pak, kurang satu dompet lagi” kataku tak lupa dengan
senyum meringis, aku kempit itu dompet dan mencari dompet yang satunya, dan
syukurlah setelah sekian menit akirnya ini dompet ketemu juga, emang ngajakin petak
umpet ini dompet kayaknya. “nah, ini pak silahkan di cek, yg ini STNK, yang ini
SIM pak” kata ku sambil menyodorkan dompet STNK dan SIM. Pak polisi itu melihat
dan mencocokkan dengan seksama, beliau juga melihat KTP yang terlihat jelas di
samping SIM ku, “loh,kok beda mbak” aku memandang pak polisi tersebut, wajahnya
terlihat binggung dengan apa yang ia temukan “apa pak yang beda” dengan wajah
blo’on aku bertanya dan memandang wajah pak polisi itu,pak polisi itu melihat
dan membandingkan antara SIM dan KTP ku. Kebetulan aku mempunyai 2 KTP. Satu
KTP elektronik dan satu KTP lama, sebenernya 3 sih, satunya ada di dompet uang.
“oooh ini pak, hehe emang beda pak, yang SIM saya perempuan kaloo di KTP saya
laki laki pak” kataku sambil tersenyum, “loh mbak, tapi ini rambutnya kok
panjang ya?” tanya pak polisi dengan herannya, aku bisa menangkap banyak
pertanyaan di balik bola matanya “la emang pak,ini salah soalnya di kartu
keluarga saya saya ini laki laki pak” kata ku menjelaskan, pak polisi itu
semakin kaget, dia melihatku dari atas ke bawah, aku tampak seperti seorang
perempuan mungkin yang ada di fikiran bapak itu, lagian aku juga memakai jilbab
lo. Ia menutup dompet ku “loh kok bisa mbak” aku tertawa “iya pak emang salah
kok” pak polisi segera mengembalikan ke dua dompetku itu lalu menuju ketemannya,
dia berbisik bisik dengan ekspresi yang aneh sekali, aku dapat menangkap
sepertinya mereka menganggapku trans gender.. huhuhu gue cewek tulen tau pak.
Mungkin juga karena foto ku yang mendukung sekali, terlihat maco dan seperti
cowok, pasti lebih menguatkan fikiran pak polisi kalo aku trans gender.aku pun
juga heran, 2 kali buat KTP udah tau rambut kuu panjang tetep aja di tulisnya
cowok, oh my god. Aku bener bener cewek tuleeeen.
No comments:
Post a Comment