EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
ETIOLOGI KERACUNAN
MAKANAN
Disusun
Oleh:
LINTANG ANDARI
SEMESTER III
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM
STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl.Tripandita
No.06 Telp (0351) 895315 Magetan
2013/2014
Keracunan Makanan
Keracunan Makanan adalah istilah
yang diberikan kepada infeksi dengan bakteri,parasit,virus,racun dari kuman
yang mempengaruhi manusia melalui terkontaminasi makanan atau air.
Organisme kausatif yang paling umum
adalah stapylococcus atau E.coli. center for disease control and prevention
memperkirakan bahwa76 juta orang menjadi sakit dari makanan penyakit setiap
tahun yang mengakibatkan 325.000 dirawat dan 5.000 kematian
Diare berkat keracunan makanan
membunuh jutaan di seluruh dunia,terutama dalam mengembangkan dan di bawah
negara negar maju.
Keracunan makanan dapat mempengaruhi
individu atau sekelompok orang orang yang telah masyarakat terutama mengambil makanan
tercemar yang sama. Hal ini umum di fungsi sosial pada
umumnya,restoran,sekolah,kafetaria dll
Yang paling
rentan terhadap keracunan makanan
Bayi dan
orang tua adalah paling rentan terhadap
keracunan makanan. Orang orang dengan kekebalan tertindas,orang orang dengan
penyakit ginjal atau diabetes atau orang orang yang berpergian ke luar negeri
di mana mereka dihadapkan pada kuman
juga rentan, ibu hamil dan menyusui harus hati hati terhadap keracunan makanan
Jenis-Jenis Keracunan Pangan
Berdasarkan jenis penyebabnya
keracunan pangan dapat dibagi menjadi 2, yaitu
keracunan
pangan karena infeksi dan intoksikasi. Keracunan pangan karena infeksi,
disebabkan karena masuknya kuman penyakit (mikroorganisme patogen) kedalam
badan bersama pangan, sehingga menimbulkan reaksi tubuh terhadap kuman
tersebut.
Keracunan makanan intoksikasi disebabkan karena memakan bahan beracun yang terdapat pada jaringan tumbuh-tumbuhan atau hewan, yang diproduksi oleh kuman (virus, bakteri, parasit) atau terpapar racun lain yang sengaja atau tidak sengaja terdapat
Keracunan makanan intoksikasi disebabkan karena memakan bahan beracun yang terdapat pada jaringan tumbuh-tumbuhan atau hewan, yang diproduksi oleh kuman (virus, bakteri, parasit) atau terpapar racun lain yang sengaja atau tidak sengaja terdapat
dalam pangan atau sumber pencemar lain.
Penyebab Keracunan Pangan Dan Sumber
serta Cara Keracunan
Orang yang keracunan disebabkan karena orang tersebut makan makanan yang mengandung racun. Orang tersebut dapat jatuh sakit atau tetap sehat sesuai dengan jumlah racun dan daya tahan orang tersebut. Bahan racun tersebut disebut sebagai etiologi keracunan, makanan yang dimakan dan mengandung racun disebut sebagai sumber keracunan, sedang proses makan merupakan cara terjadinya keracunan
Gejala, Tanda-Tanda Penyakit serta Kemungkinan Penyebab
Seorang yang terpapar racun, terutama melalui makanan, maka racun akan beredar dalam tubuh, peredaran darah, organ-organ tubuh. Badan akan bereaksi terhadap masuknya racun dengan menunjukkan gejala (dikeluhkan oleh penderita) dan tanda-tanda penyakit (terlihat atau teraba). Adanya racun dalam organ tubuh sendiri dapat dideteksi dengan adanya perubahan pada organ tersebut, atau ditemukannya bahan racun, pemeriksaan dilakukan dengan sarana pendukung pemeriksaan laboratorium atau sarana lain.Misalnya, pada keracunan pangan dengan gejala utama diare dan muntah serta beberapa gejala lain yang sering muncul pada beberapa kasus, maka dapat diperkirakan keracunan pangan tersebut disebabkan karena kuman Vibrio Parahemolitikus, Clostridium perfringens, Baksiler disenteri.Vibrio hemolitikus menunjukkan gejala nyeri perut, mual, muntah, diare, menggigil, sakit kepala, dan kadang-kadang badan panas.
Clostidium perfringens menunjukkan gejala mual, muntah, nyeri perut, diare, badan letih/lemas. Shigella dysentriae menunjukkan gejala diare hebat berlendir dan berdarah, nyeri perut, panas badan dan sakit kepala.
Proses
keracunan
makanan
Keracunan makanan biasanya terjadi karena masuknya
senyawa-senyawa beracun ke dalam tubuh. Sebagian besar kasus, racun ikut
tertelan ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan yang kita konsumsi. Gejala
yang timbul biasanya ditandai dengan terganggunya sistem pencernaan, seperti
mual, muntah dan kolik pada saluran pernafasan. Pada jenis keracunan tertentu,
yang di serang adalah sistem syaraf, gejalanya adalah kejang-kejang, otot
tegang. Atau berpengaruh sebaliknya, otot-otot lemas, kurang tenaga (parese)
dan lumpuh (paralysis). Pada tingkat keracunan kronis, penderita akan mengalami
tubuh kejang, pingsan (coma) dan
berakhir dengan kematian. Kasus kematian pada keracunan makanan biasanya
karena
hambatan pada saluran pernafasan atau
hambatan
kerja
jantung karena fungsi jantung tidak maksimal, akibat dari senyawa toksik yang ada pada racun bahan pangan.
Kewaspadaan dan kecermatan di dalam memilih,
mengolah, menyimpan serta memperlakukan bahan makanan perlu mendapat perhatian
serius, terutama untuk anak-anak yang belum bisa menentukan makanannya sendiri.
Berikut beberapa bahan pangan yang perlu diwaspadai.
Singkong (Manihot Utilissima)
Di dalam singkong, terutapa varietas Sao Pedro Petro, baik pada umbi maupun daunnya mengandung glikosida cayanogenik. Zat ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) atau senyawa asam biru yang bersifat sangat toksik (beracun). Umbi dan daun singkong yang mengandung racun biasanya ditandai dengan berasa pahit dan baunya langu. Perebusan dan perendaman dalam air mengalir dapat mengurangi kandungan racun yang terkandung karena, sifat dari asam sianida larut di dalam air.
Jengkol (Pithecolobium Lobatum) dan petai Cina
Anda yang hobi mengkonsumsi jengkol atau petai cina, sebaiknya berhati-hati dan jangan mengkonsumsinya dalam keadaan mentah. Mengingat di dalam biji jengkol terkandung asam jengkolat (Jencolid Acid). Asam Jengkolat dapat menyebabkan keracunan yang di tandai dengan mual dan susah buang air kecil, karena tersumbatnya saluran kencing. Racun jengkol dapat dikurangi dengan cara perebusan, perendaman dengan air, atau membuang mata lembaganya karena kandungan racun terbesar ada pada bagian ini.Lain halnya dengan petai cina (leucaena Glauca). Bahan pangan ini mengandung mimosin, yaitu sejenis racun yang dapat menjadikan rambut rontok karena retrogresisi di dalam sel-sel partikel rambut.
Kentang
(Solanum Tuberosum L)
Di dalam kentang terkandung alkoloid (solanin) yang dapat menimbulkan keracunan. Racun ini sebagian besar terdapat pada bagian dekat kulit. Solanin akan semakin banyak jumlahnya jika kulit kentang sudah berwarna hijau dan bertunas karena di simpan dalam jangka waktu lama. Untuk menghindari keracunan, sebaiknya mengupas kentang sedikit tebal dan merendamnya dalam larutan air yang telah dicampur dengan garam.
Kopi (Caffea Arabica) dan Teh (camelia Sinensis)
Kopi dan teh mengandung kefein yaitu senyawa yang pahit rasanya. Kafein ini bersifat diuretik , merangsang pengeluaran kelenjar urin, merangsang kerja otak dan aktifitas jantung. Jika konsumsi tidak berlebihan, kafein memberikan konstribusi yang positif, seperti badan terasa lebih segar dan menghilangkan rasa ngantuk. Jika melebihi ambang batas, konsumsi teh dan kopi akan berakibat sukar tidur, jantung berdebar-debar dan bayi lahir cacat jika dikonsumsi oleh ibu hamil.Kacang-Kacangan dan Hasil Olahannya
Sejak di tanam kacang tanah sudah terkontaminasi oleh sejenis kapang yang bernama Aspergillus Flavus. Kapang ini akan memproduksi racun yang dikenal dengan Alfatoksin, dan berdasarkan hasil penelitian, alfatoksin dapat menjadi pemicu terbentuknya tumor pada hewan percobaan.
Hasil olah kacang-kacangan yang perlu diwaspadai adalah tempe, terutama tempe bongkrek. Fermentasi yang gagal dan hygiene yang buruk dalam proses pembuatan tempe dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri. Pseudomonas cocovenans adalah salah satunya. Bakteri ini akan menghasilkan toxoflavin, senyawa yang sangat beracun dan dapat mengakibatkan kematian. Hindarilah konsumsi kacang-kacangan dan hasil olah yang sudah rusak dan beraroma menyimpang (tengik). Untuk produk yang dikalengkan perhatikan tanggal kedaluarsa dan keutuhan kemasan.
Seafood
Keracunan ikan, udang, kerang dan hasil laut biasanya karena telah terkontaminasi zat-zat kimia beracun. Pencemaran merkuri, timah dan logam-logam berat lainnya, seringkali terkandung dalam produk seafood. Meningkatnya pencemaran laut dan menurunya kualitas air sebagai medium hidup mereka adalah salah satu penyebabnya. Frozen seafood atau hasil laut yang sudah dibekukan lama juga media yang baik untuk berkembangnya Vibrio parahaemolyticus, sejenis bakteri yang sangat beracun. Pilih sea food dalam kondisi sesegar mungkin agar terhindar dari bahaya keracunan.Daging dan Hasil Olah Dalam Kemasan
Di dalam daging mentah terkadang ditumbuhi bakteri Clostrridium Perfringens. Bakteri ini biasanya tumbuh karena kontaminasi yang disebabkan buruknya sanitasi dan hygiene lingkungan. Gejala keracunan biasanya akan tampak setelah 10-12 jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar. Gejala yang timbul, mual, muntah, nyeri perut dan diare.
Hasil olah daging, terutama produk yang dikemas dalam kaleng/plastik juga perlu diwaspadai. Sosis, ham dan kornet merupakan media yang baik untuk pertumbuhan Clostridium Batulinum. Bakteri ini suka berkembang biak pada bahan makanan sumber protein, tahan panas dan menyukai tempat yang anaerob (hampa udara), makanan di dalam kemasan adalah tempat favoritnya. Berhati-hatilah dengan daging dan produk olahan daging yang lain, karena satu mikrogram Botulinin sudah cukup untuk membunuh manusia. Untuk menghindari keracunan, jangan mengkonsumsi daging dan hasil olah yang sudah menyimpang, baik tekstur, aroma dan rasanya.
Mikroorganisme Penyebab Keracunan Makanan Dan Penyakit
Menular
Faktor-faktor penyebab penyakit
konsumsi makanan:
a. Racun : makanan mengandung racun makanan
b. Infeksi : makanan mengandung jumlah mikroorganisme
yang cukup untuk menyebabkan sakit
Kedua hal
tersebut dapat menyebabkan KERACUNAN MAKANAN
Penyakit yang
disebarkan melalui makanan:
Racun
anorganik : pestisida pada sayuran
Intoksikasi :
racun yang dikeluarkan secara alami oleh hewan, tumbuhan, mikroba,
contohnya
•
Hewan :
skrombotoksin, tetrodoktiksin (pada ikan)
•
Tumbuhan :
gosipol (pada biji kapas), visin , sianida (pada ketela pohon)
• Mikroba :
botulinum (pada C. botulinum), S.
aereus (pada keju sosis), P.
cocovenenans, aflatoksin pada Aspergillus flavus
Tertelan
benda-benda (cemaran fisik) yang
menyebabkan luka
INFEKSI
Adalah masuknya mikroba ke dalam tubuh, menembus sistem pertahanan tubuh
dan berkembang biak sehingga menimbulkan sakit
Lalu di dalam host mikrobia akan menghasilkan metabolik
Selanjutnya
tubuh akan mengadakan perlawanan yang ditandai dengan: DEMAM
Mikroba Patogen (MP)
Ada dua macam mikrobia
patogen, dan mereka adalah:
a. MP yang pertumbuhannya tidak
distimulir oleh makanan (makanan hanya sebagai perantara)
F tuberculosis, difteri, bruselosis,
hepatitis, demam Q
b. MP yang pertumbuhannya distimulir oleh
makanan tempat tumbuhnya
F Salmonella sp,. E. Coli, Vibrio
parahaemolyticus
Mikroba penyebab sakit
bila :
•
Masuk
kedalam tubuh ( karena setiap mikroorganisme mempunyai jalan masuk yang berbeda
), contohnya Shigella sp melalui mulut, Neisseria gonorhoeae pada
membran mukosa
•
Harus
dapat berkembang biak
•
Tahan
terhadap sistem pertahanan tubuh host, dan malakukan invasi kedalam tubuh,
serta harus ada jalan keluar penyebab penyakit.
Mikrobia dapat menginfeksi
dan menimbulkan penyakit bila :
•
Mikrobia
mempunyai daya patogen yang tinggi
•
Daya
virulensi yang kuat
•
Daya
invasi yang tinggi, shg dapat berkembang biak
•
Mempunyai
ketahanan terhadap serangan sel fagosit tubuh host
Tidak semua mikroba
patogen yang masuk melalui pencernaan dapat menyebabkan infeksi pada mukosa
karena...
•
Dinding
saluran pencernaan dilapisi lendir saluran mukus
•
Adanya
isi saluran pencernaan
•
Adanya
bakteri komensal yang hidup komensal yang berkembang biak tanpa merugikan ( e.coli
non enteropatogenik )
Berdasarkan cara
penyebaran dan daya penetrasi,bakteri patogen dibedakan dalam 3 gol :
Bakteri
berkembang biak pada permukaan dinding saluran pencernaan, tidak menembus
kedalam sel-sel mukosa. Vibrio
cholerae
Bakteri
menembus sel-sel mukosa, dan berkembang biak didalam sel tersebut, menyebar ke
jaringan yang lebih dalam. Shilgella disentriae
Bakteri
menyebar ke jaringan yang lebih dalam, baik dgn cara menebus sel mukosa ataupun
diantara sel mukosa. Salmonella thyposa
Mikotoksin:
Adalah komponen beracun yang diproduksi oleh kapang / jamur
Adalah komponen beracun yang diproduksi oleh kapang / jamur
Dibedakan
menjadi :
•
Infeksi
kapang atau jamur mikroskopik yang disebut mikosis (masuknya dapat melaui
kulit, rambut, kuku dll )
•
Mikotoksikosis
atau intoksikosis yang disebabkan oleh tertelannya suatu hasil metabolisme
beracun dari kapang atau jamur (hanya melalui makanan)
Contoh
beberapa diantaranya memproduksi zat halusinogenik (asam lisergat)
Mikotoksin dalam makanan :
Mikrotoksin
|
Jamur penghasil
|
Bahan makanan
|
Aflatoksin
Ergotoksin
Okratoksin
Islanditoksin
Patulin
As. penilsilat
Sterigmatosi-
stin
Zearalenon
Sitrinin
|
A.Flavus
A.parasitikus
Claviceps purpurea
A.craceus
A. melleus
A. sulphureus
Penicillium viridicatum
P. cyclopium
P. islnadicum
A. clavatus
A. patulum
P. expansum
P.Cyclopium
P.martensii
P. ocraceus, P. meleus
A. versocolor
A. flavus
Gibberella zea
Fusarium gramineum
P. viridicatum
P. citricum
Amanita phalloidea
A. muscaria
A. rebescens
|
Kacang2an, jagung
Serealia
Serealia, rumput2an
Jagung, kacang2an
Barlei
Beras
Apel, sider dan saus apel
Jagung, kacang2an
Barlei, keju swiss
Susu, gandum, kopi keju
Jagung dan serealia lain
Jagung amanita
|
Jenis keracunan bahan
makanan:
•
Botulinun
Berasal
dari kata botulus (sosis), toksin dihasilkan oleh Clostridium botulinum.
Termasuk dalam bakteri gram +, batang, anaerobik, menfermentasi glukosa dan
maltosa, tidak menfermentasi laktosa, gas H2S, tidak mereduksi indol,
menghidrolisa kasein + gas. Toksinnya adalah perfringens yang berasal dari Clostridium
perfringens.
• Staphilococcus
• Salmonellosis
•
Vibrio parahaemolyticus
Beberapa Jenis Penyebab Keracunan yang sering
terjadi di Masyarakat :
•
TOKSIN FUNGI/ JAMUR
Keracunan jamur (gastrointestinal)
Penyebab : Mungkin senyawa mirip resin dalam beberapa jenis jamur
Masa Inkubasi :30 menit sampai 2 jam
Tanda dan gejala :Mual, muntah, diare,kejang perut
Jenis Pangan yang terlibat : Banyak jenis jamur liar
Faktor kontribusi : Memakan jenis jamur yang tidak diketahui, mengkonsumsi jamur beracun yang dikira dapat dimakan
Keracunan jamur (gastrointestinal)
Penyebab : Mungkin senyawa mirip resin dalam beberapa jenis jamur
Masa Inkubasi :30 menit sampai 2 jam
Tanda dan gejala :Mual, muntah, diare,kejang perut
Jenis Pangan yang terlibat : Banyak jenis jamur liar
Faktor kontribusi : Memakan jenis jamur yang tidak diketahui, mengkonsumsi jamur beracun yang dikira dapat dimakan
TOKSIN BAKTERI
Keracunan Bacillus cereus
Penyebab : Enterotoksin B. cereus. Mikroba di dalam tanah
Masa Inkibasi : ½ sampai 5 jam
Tanda dan Gejala : Mual, muntah, kadangkadang diare
Jenis Pangan yang terlibat : Nasi masak atau goreng
Faktor yang berkontribusi : menyimpan makanan matang pada suhu ruang terlalu lama atau menyimpan makanan dalam kulkas dengan wadah besar, serta menyiapkan makanan beberapa jam sebelum dihidangkan
Keracunan bongkrek
Penyebab : Asam bongkrek dan toxoflavin yang dihasilkan oleh Burkholderia cocovenenans (d/h Pseudomonas cocovenenans)
Masa Inkubasi : 4 sampai 6 jam
Tanda dan Gejala : Malaise, sakit perut, pusing, terus berkeringat, letih, mengantuk hingga koma akibat hiperglisemia dan disusul hipoglisemia hebat
Jenis Pangan yang terlibat : Tempe bongkrek, tepung yang basah
Faktor yang berkontribusi: Memakan tempe bongkrek yang terkontaminasi Burkholderia
Cocovenenans
Kolera
Penyebab : Enterotoksin Vibrio cholerae 01 klasik dan biotipe El Tor , dari feses orang yang terinfeksi
Masa Inkubasi : Beberapa jam sampai 5 hari, rata-rata 1 sampai 3 hari
Tanda dan Gejala : Diare sangat cair (ricewater stools/ Seperti Air cucian beras), muntah, kejang perut, dehidrasi, haus, jatuh pingsan, kekencangan kulit menurun, jari berkeriput, mata cekung
Jenis Pangan yang terlibat : Ikan, kerang-kerangan, udang, sayuran mentah;
Faktor yang berkontribusi: makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi, memanen ikan dan kerang dari air yang terkontaminasi limbah kotoran di daerah endemik, higiene perorangan yang buruk, orang terinfeksi menangani makanan, pemasakan yang tidak mencukupi, air terkontaminasi untuk mencuci atau menyegarkan makanan, sistem
pembuangan kotoran yang tidak baik, menggunakan kotoran untuk pupuk.
Disenteri amuba (Amebiasis)
Penyebab : Entamoeba histolytica dari feses orang yang terinfeksi
Masa Inkubasi : 5 hari sampai beberapa bulan, ratarata 3 sampai 4 minggu
Tanda dan Gejala : Sakit perut, konstipasi atau diare, (feses mengandung darah dan lendir)
Jenis Pangan yang terlibat : Sayuran mentah, buah – buahan mentah
Faktor yang berkontribusi : Higiene perorangan yang buruk, orang terinfeksi menangani makanan, pemasakan yang tidak mencukupi.
VIRUS
Hepatitis A (Infeksi hepatitis)
Penyebab : Virus hepatitis A dari feses, urin, darah orang atau primata lain yang terinfeksi
Masa Inkubasi : 10 sampai 50 hari rata-rata 25 hari
Tanda dan Gejala : Demam, malaise, kelelahan, anoreksia, mual, sakit perut, jaundice
Jenis Pangan yang terlibat : Kerang mentah, salad, potongan makanan dingin, makanan apa saja yang terkontaminasi virus, air
Faktor yang berkontribusi : Orang terinfeksi menyentuh makanan, hygiene personal yang buruk, pemasakan yang tidak mencukupi, memanen kerang dari air/perairan yang terpolusi limbah, system pembuangan yang tidak tepat.
Itulah beberapa jenis Keracunan Makanan / Keracunan Pangan yang sering terjadi di masyarakat.
Keracunan Bacillus cereus
Penyebab : Enterotoksin B. cereus. Mikroba di dalam tanah
Masa Inkibasi : ½ sampai 5 jam
Tanda dan Gejala : Mual, muntah, kadangkadang diare
Jenis Pangan yang terlibat : Nasi masak atau goreng
Faktor yang berkontribusi : menyimpan makanan matang pada suhu ruang terlalu lama atau menyimpan makanan dalam kulkas dengan wadah besar, serta menyiapkan makanan beberapa jam sebelum dihidangkan
Keracunan bongkrek
Penyebab : Asam bongkrek dan toxoflavin yang dihasilkan oleh Burkholderia cocovenenans (d/h Pseudomonas cocovenenans)
Masa Inkubasi : 4 sampai 6 jam
Tanda dan Gejala : Malaise, sakit perut, pusing, terus berkeringat, letih, mengantuk hingga koma akibat hiperglisemia dan disusul hipoglisemia hebat
Jenis Pangan yang terlibat : Tempe bongkrek, tepung yang basah
Faktor yang berkontribusi: Memakan tempe bongkrek yang terkontaminasi Burkholderia
Cocovenenans
Kolera
Penyebab : Enterotoksin Vibrio cholerae 01 klasik dan biotipe El Tor , dari feses orang yang terinfeksi
Masa Inkubasi : Beberapa jam sampai 5 hari, rata-rata 1 sampai 3 hari
Tanda dan Gejala : Diare sangat cair (ricewater stools/ Seperti Air cucian beras), muntah, kejang perut, dehidrasi, haus, jatuh pingsan, kekencangan kulit menurun, jari berkeriput, mata cekung
Jenis Pangan yang terlibat : Ikan, kerang-kerangan, udang, sayuran mentah;
Faktor yang berkontribusi: makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi, memanen ikan dan kerang dari air yang terkontaminasi limbah kotoran di daerah endemik, higiene perorangan yang buruk, orang terinfeksi menangani makanan, pemasakan yang tidak mencukupi, air terkontaminasi untuk mencuci atau menyegarkan makanan, sistem
pembuangan kotoran yang tidak baik, menggunakan kotoran untuk pupuk.
Disenteri amuba (Amebiasis)
Penyebab : Entamoeba histolytica dari feses orang yang terinfeksi
Masa Inkubasi : 5 hari sampai beberapa bulan, ratarata 3 sampai 4 minggu
Tanda dan Gejala : Sakit perut, konstipasi atau diare, (feses mengandung darah dan lendir)
Jenis Pangan yang terlibat : Sayuran mentah, buah – buahan mentah
Faktor yang berkontribusi : Higiene perorangan yang buruk, orang terinfeksi menangani makanan, pemasakan yang tidak mencukupi.
VIRUS
Hepatitis A (Infeksi hepatitis)
Penyebab : Virus hepatitis A dari feses, urin, darah orang atau primata lain yang terinfeksi
Masa Inkubasi : 10 sampai 50 hari rata-rata 25 hari
Tanda dan Gejala : Demam, malaise, kelelahan, anoreksia, mual, sakit perut, jaundice
Jenis Pangan yang terlibat : Kerang mentah, salad, potongan makanan dingin, makanan apa saja yang terkontaminasi virus, air
Faktor yang berkontribusi : Orang terinfeksi menyentuh makanan, hygiene personal yang buruk, pemasakan yang tidak mencukupi, memanen kerang dari air/perairan yang terpolusi limbah, system pembuangan yang tidak tepat.
Itulah beberapa jenis Keracunan Makanan / Keracunan Pangan yang sering terjadi di masyarakat.
C. Mikroorganisme Pada Makanan
Mikrobia pada
makanan bersifat spesifik pada setiap jenis makanan karena pengaruh selektif
terhadap jumlah dan jenis mikrobia awal yang terdapat pada makanan. Sehingga
satu atau beberapa jenis mikrobia akan dominan dari jenis yang lainnya, dan
merupakan mikrobia spesifik pada makanan tertentu.
Sumber-sumber
mikroflora pada makanan
Berasal dari :
Tanah
udara
Air
permukaan
Kotoran
hewan manusia
Debu
lingkungan
Faktor-faktor penyebab terjadinya
mikroflora :
1. Faktor intinsik
2. Factor pengolahan
3. Factor ekstrinsik
4. Factor implicit
5. Factor makanan
Faktor
intrinsik
Merupakan
semua faktor yang mempengaruhi kehidupan mikrobia yang berasal dari bahan
makanan tersebut :
a. Aw
(aktifitas air )
b. Komposisi nutrien
c. pH
d. Potensial redoks ( potensial oksidasi
reduksi / Eh)
e. Senyawa tambahan anti mikroba
f. Kandungan nutrisi
g. Struktur biologi
a. Aw
n Kebanyakan makanan segar mempunyai Aw
diatas 0,99
n Bakteri pembusuk tidak dapat hidup
dibawah 0,91, Staphylococcus aereus dapat tumbuh sampai Aw 0,86
n Khamir pembusuk tidak dapat tumbuh
pada Aw dibawah 0,88
n Kapang pembusuk tidak dapat hidup pada
Aw dibawah 0,80
b. pH
n Mikroorganisma kebanyakan tumbuh baik
pada pH 7,0 ( 6,6 – 7,5)
n Bakteri tidak dapat tumbuh pada pH
dibawah 4,0 dan diatas 8,0
n Kapang dapat tumbuh pada kisaran 1,5 –
2,0 sampai 11,0
n Khamir pada kisaran 1,5 – 8,5
c. Eh ( potensi
oksidasi reduksi )
Mikroorganisme
berbeda dalam potensi oksidasi reduksi, yaitu kemampuan substrat untuk
melepaskan elektron ( teroksidasi ) dan menerima elektron (tereduksi),
misalnya:
n Mikrobia aerobik memerlukan substrat
yang Eh positif
n Mikrobia anaerobik memerlukan substrat
yang Eh negatif
d. Kandungan nutrisi
Merupakan komponen yang
dibutuhkan mikroorganisme sehingga dapat tumbuh normal :
n Air
n Sumber energi : gula, alkohol, asam amino, pati selulose,
lemak
n Sumber nitrogen: asam amino, protein
n Vitamin dan faktor pertumbuhan
n Mineral
e. Senyawa anti
mikrobia
n Laktenin merupakan antikoliform
n Laktoperoksidase pada susu mentah
merupakan zat anti terhadap streptokoki
n Lisozim merupakan anti mikroba pada
buah-buahan
n Eugenol (lipid dan minyak esensial )
pada cengkeh
n Aldehid sinamat pada kayu manis
f. Struktur biologi
Beberapa bahan
pangan mempunyai struktur biologi yang melindungi masuknya mikrobia pembusuk.
Contohnya kulit buah-buahan, kulit telur, kulit kacang, serta kulit ikan dan
hewan.
2. Faktor ekstrinsik
Merupakan
kondisi lingkungan penyimpanan makanan yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikrobia : a. Suhu
b. Kelembaban
c. Susunan
gas
a. Suhu
Suhu optimum pada mikrobia
dibedakan :
n Psikrofil : 5
- 15° C, kisaran suhu pertumbuhan -5 - 20° C
n Mesofil :
20 - 40° C, suhu kisaran 10 - 45° C
n Termofil : 45
- 60° C, suhu kisaran 25 - 80° C
b. Aw (kelembaban
lingkungan)
n Lingkungan penyimpanan mempengaruhi Aw
makanan
n Makanan Aw rendah akan menyerap air
jika disimpan pada lingkungan kelembaban( RH ) tinggi
n RH rendah mencegah pembusukan makanan,
tetapi menurunkan mutu makanan
c. Susunan gas atmosfer
n Penyimpanan buah-buahan dengan CO2 (es
kering) dinaikan 10% mencegah pertumbuhan kapang. Cara penyimpanan ini disebut
CA storage (controlled atmosphere storage)
n Ozon (O3) merupakan pengawet pada
makanan, pengoksidasi kuat, mencegah pertumbuhan mikrobia pembusuk, tidak dapat
untuk makanan yang mengandung lemak tinggi
3. Faktor implisit
Adalah
faktor biotik yang mempengruhi mikroflora pada makanan, karena meliputi :
n Antagonis (adanya zat penghambat)
n Sinergis dan (adanya zat perangsang)
n Sintropisme (adanya dua mikrobia menyebabkan tumbuhnya
mikrobia lain sehingga terjadi rantai makanan sintropisme)
Interaksi antagonis antara
mikrobia pada makanan
Mikrobia
|
Mikrobia yang mempunyai pengaruh
antagonis
|
B.Cereus
C. botulinum
|
Streptokoki grup D
Bacillus spp
C. Perfrigens
Enterobacteriaceae
Lactobacilliaceae
Pseudomonas aeruginosa
Streptococcus lactis
Folra saprofit
|
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
- Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
- Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setiap jamnya.
- Air santan kental dan air kelapa hijau yang di campur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.
- Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
- Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
- Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
- Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setiap jamnya.
- Air santan kental dan air kelapa hijau yang di campur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.
- Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
- Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
No comments:
Post a Comment